Keberadaan air di bulan sebatas di dasar kawah dalam di dekat kedua kutub. Persediaannya cukup untuk koloni 2.000 orang selama 100 tahun.
TAK sia-sia Lunar Prospector mengembara jauh di atas kedua kutub bulan. Setelah dua bulan mengorbit di ketinggian 100 kilometer di atas permukaan, dengan arah utara-selatan, satelit ''peliharaan" Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) itu berhasil menyajikan data yang bisa mengindikasikan bahwa di bulan tersedia sejumlah air. Menurut siaran pers NASA awal pekan lalu, jumlah air itu cukup besar, 11-330 juta ton.
Air bulan itu berada di dasar kawah-kawah bulan, yang diameternya bisa mencapai ratusan kilometer dengan kedalaman hingga 12 kilometer, yang terserak di sekitar kutub utara dan selatan bulan. Lembah berair itu, menurut taksiran NASA, 10.000-15.000 kilometer persegi ada di kutub utara dan 5.000-20.000 kilometer persegi di kutub selatan.
Penemuan itu cukup menyentak. Ketersediaan air ini seperti membuka peluang bagi orang Amerika, yang bermimpi membangun koloni di luar bumi. Membawa air dari bumi membuat mimpi itu mahal. Mengangkut satu liter air bumi ke bulan memerlukan ongkos US$ 10.000. Berapa biaya yang harus ditanggung bila orang Amerika, yang biasa mengonsumsi 400 liter air sehari, untuk koloninya di bulan? Luar biasa mahal.
Namun air di bulan itu tidak terkumpul di danau yang bisa ditimba orang. Air di bulan ini berupa butiran-butiran es, yang terselip dan terjebak di antara debu dan batuan bulan (regolith) pada kedalaman 50-200 sentimeter. Tak mudah mengambilnya, karena kadar air batuan itu hanya 0,3%-1%.
Bagaimanapun keadaannya, bukti-bukti yang diungkap Lunar Prospector itu dianggap cukup terpercaya, setidaknya oleh Alan Binder dari Institut Riset Bulan di California, Amerika Serikat. "Ini pertama kalinya saya memperoleh bukti yang tak perlu dipertanyakan," katanya. Dr. Moedji Raharto, Ketua Jurusan Astronomi, Institut Teknologi Bandung, bahkan mengatakan bahwa keberadaan air di bulan itu membuka khazanah baru dalam hal kondisi geologis bulan. "Ini membuka jalan bagi pandangan dan penjelasan baru," katanya.
Selama ini, kata Moedji, para ahli menganggap bahwa air -lepas dari mana pun asalnya- tak akan lama tertahan di bulan. Gravitasi yang kecil membuat gas-gas yang menghuni atmosfer bulan lepas ke angkasa luar dan tak kembali. Atmosfer bulan kosong. Vakum. Kalaupun ada air, kata Moedji, akan menguap dan terbang ke luar angkasa. Apalagi di siang hari (waktu bulan), suhu di permukaannya mencapai 1700C. Tapi kata Moedji pula, ada celah tempat air itu tersembunyi, yakni di bagian permukaan bulan yang tak pernah tersentuh sinar matahari.
Dalam penjelasan NASA, air itu memang berada di lembah-lembah gelap yang tidak pernah disorot sinar surya. Lembah gelap itu ada di dasar-dasar kawah yang dalam di sekitar kutub bulan. Air aman di sana, karena suhunya -1700C. Begitu tiba, air langsung menjadi serpihan es, dan tak pernah mencair atau menguap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar